Header Ads

Mereka yang Berlari



Mario kempes
membawa bola, begitu cepat. Pada suatu detik ia dijegal musuh dari belakang. Ia terjatuh. Tapi segaris senyum masih ada diwajahnya.Bahunya terangkat dan tangannya memberi isyarat yang bisa ditafsirkan sebagai "apa boleh buat"

Goenawan Mohammad menulis pembuka catatannya dengan sederhana, judulnya Mario Kempes. Namun bukan soal mario kempes sekadar pemain bola, GM pula melakukan refleksi kebudayaan atas prilaku mario. Dizaman ini, tanpa ada alasan yang pasti muncul mario yang lain, dikenal dengan nama mario baloteli, namun ia tak sama kisahnya dengan Mario Kempes, mario ini terkenal tempramental. Ada yang membedakan, mario kempes sementara mengajarkan cara bermain, Baloteli mengajarkan cara membela diri.


Tidak mudah untuk tersenyum kala jatuh, dalam hitungan detik ketika menyerang dan hampir membobol gawang lawan, Namun, siapa memanggung diri, mesti mengenali dirinya melakukan apa, Sebab itulah, Jangan heran ketika Mario kempes tersenyum karena ia bermain bukan melawan maling, bukan membela diri, Ia bersama sepuluh rekannya sementara mencari kemenangan.


Mario Balotelli berbeda, ia melihat kemenangan mungkin sebagai hal yang mesti cepat digapai, mungkin ia melihatnya bukan sebagai permainan untuk menang, ketika ia jatuh ia menyempal, tak jarang ia membobol gawangnya sendiri. sebab itulah ia menempatkan dirinya diruang tak sadar, tempramental . Ia mungkin tak sadar bahwa ribuan pasang mata menatapnya.

Ya,,, Mario kempes berlari ditengah lapangan, segaris senyum kadang ia goreskan, mengatur lintasan bola, memastikan kemenangan, paling tidak tampil apik mendapatkan tepukan tangan penonton, beda dengan Baloteli ia sebenarnya berlari keluar dari lapangan, berlari dari kemenangan. Sebab itu jangan heran jika karena ia kadang timnya kalah.

Begitu juga tentang sengkarut poltik, ada yang tidak mau tersenyum saat terjatuh, mereka itu Balotelli yang lain dilapangan politik. Jika Baloteli tetap berlari dilapangan hijau, dalam politik kadang mereka itu berlari keluar secara nyata dimomen momen besar. ketika kekuasaan katanya mendekat. mereka mencari titik tumpu, berlari mencari kuasa. Lalu bercerita tentang kawannya yang tak baik lagi.

Dalam sengkarut politik, masih adakah Maro kempes, yang menempatkan dirinya tersenyum ketika terjatuh untuk tetap bermain cantik. Jika permainan bola bukanlah sebuah ritual tarung sesungguhnya, Politik mengandung " ritual ritual kebijaksanaan " mereka yang berlarikeluar setelah bersama, memang menjadi mesti ketika " ritual ritual kebijaksaan digadai " namun jika berlari dimomen kekuasaan, kita melihat anak kandung ritus politik dari senggama kuasa.

Andai itu terjadi, Jika masih ada mario kempes dalam ritus politik masa kini, tanpa diminta oleh siapapun, tepuk tangan kan menggema, bahkan ia akan menjadi icon meski kemenangan tak ditangan. Pula, akan tetap ada seperti Mario Baloteli, ia tak akan mendapatkah tepukan tangan, tapi ia mendapatkan sorakan mencibir.

No comments

Powered by Blogger.