Header Ads

Panggil Ia Purnama Dipusara

Sosok itu berjalan,
Menyeret kakinya pada pasir berdebu,
Menginjak debu yang tertidur setelah itu terbang menghindar
Sosok itu nampak lemah, lalu ia bersimpuh ,
kuat menggenggam, entah secarik kertas atau bunga,
entahlah,,,,,
Ia hendak menyampaikan muram  disepenggal purnama
Angin yang mengerti mengajak dedaunan dalam diam,

memberi keadaan  sempurna demi mengobati derita
waktu itu adalah setengah purnama,



dengan lembut Ia mengadu,
tangannya tak melepas apa apa, hanya
air mata menuruni cekungan matanya,
rindu yang tersempai, mengalir menggerus rasa,
setelah itu , air bening jatuh di tanah bergunduk
iya....... menangis dipusara, ditempat itu ia merindu
ia terseret oleh arus cinta
dipusara itu, ada cinta paripurna
Rindu telah menetes dipusara.
saat itu,,
air mata berubah menjadi tetes cinta,
bukan karena cinta yang terlambat,,


,
cintanya itu karena dipusara itu ada sosok Agung.
cinta yang hidup tampa batas perjumpaan
tak ada bunga yang menghiasi pusara dikala punama
angin mengajak dedaunan diam
karena pusara itu dihiasi sosok misteri berbalut cinta
sosok misteri disepenggal purnama
Dipusara Cinta, sang paripurna

panggil saja Ia Purnama Dipusara.


Jum'at 12 April 2013.
Goresan Usang

2 comments:

  1. Wah, baru nemu blogger palopo yang jago nulis macam ni. Bagus puisi2nya...
    Terus berkarya :)

    ReplyDelete
    Replies
    1. hehehe biasa aja, terimaksih telah mampir,,,,

      Delete

Powered by Blogger.